Aksi pembakaran anggota banser pada hari santri, Ahad (21/!0/2018) menuai pro dan kontra. Permasalahan ini hingga berbuntut panjang. Pasalnya mereka membakar bendera yang disitu tertulis kalimat tauhid. Pihak banser menganggap itu merupakan bendera HTI yang ormasnya merusak kedaulatan RI. Sementara jubir HTI menyatakan bahwa itu adalah bendera Rasulullah bukan bendera HTI sehingga milik umat Islam.
Sebagian kaum muslim merasa tersinggung dengan aksi pembakaran tersebut. Karena dalam bendera itu tertulis “Laailahaillallaah” yang merupakan kalimat suci dan agung bagi umat Islam. Baginya pembakaran itu adalah sebuah penghinaan. Banyak pihak mengecam aksi pembakaran oleh oknum banser. Namun sayangnya para pimpinan ormas tersebut bukan menyuruh meminta maaf tapi malah melarangnya. Hmm… aneh juga ya?
Ketua PW GP Ansor Jawa Timur Solahul ‘Am Nobobuwono alias Gus Aam mendapat desakan dari berbagai pihak agar organisasinya meminta maaf atas insiden itu. Namun menurutnya permohonan maaf tidak perlu dilakukan. Tindakan Banser NU membakar bendera tersebut bukan untuk melecehkan, tapi malah menyelamatkan kalimat tauhid. Dikhawatirkan tulisan tersebut akan menjadi sampah, yang akan membuat seluruh umat muslim yang mengetahuinya jadi berdosa.
“Banser tak perlu minta maaf karena tindakan pembakaran itu benar,” kata Ketua PW GP Ansor Jawa Timur Solahul ‘Am Notobuwono, Rabu (24/10/2018) (suara.com/24/10/2018).
Akibat dari aksi pembakaran ini menimbulkan kegaduhan di kalangan umat Islam. Sangat disayangkan ketika para pemimpin organisasi tersebut bukan memberi pernyataan yang menyejukkan dengan meminta anggota yang membakar bendera tersebut untuk minta maaf. Tapi justru membenarkan tindakan itu. Cobalah lihat bagaimana saat mereka beraksi, menyanyi dengan gembira sembari membakar kalimat tauhid. Bukankah itu suatu bentuk penodaan agama? Kalau pun bendera itu diindikasi sebagai bendera HTI lebih baik dilipat lalu diserahkan kepada pihak yang berwajib agar tidak menuai polemik.
Tak ada salahnya meminta maaf toh tidak mengurangi derajatnya sebagai muslim. Lebih baik mengutamakan perdamaian daripada memicu konflik antar sesama muslim.
Wallahu’alam.